Berpetualang ke Desa Bawomataluo, Nias, Sumatera Utara – Permukiman Bawomataluo terletak di Desa Bawomataluo, di bawah Kecamatan Teluk Dalam, di Kabupaten Nias Selatan.
Daerah ini meliputi ± 5 Hektar dengan ketinggian 270 meter di atas permukaan laut. Kampung ini terletak di ketinggian bukit dan relatif aman dari ancaman tsunami, meski jaraknya hanya 4 kilometer dari pantai.
Untuk memasuki kompleks perumahan ini, seseorang harus melewati tangga beton yang menyerupai kuburan bertingkat dengan 7 langkah di bagian pertama dan 70 langkah di bagian kedua.
Rumah-rumah saling berhadapan dengan jarak tempuh 4 meter dan di tengah kompleks, ada susunan batu yang diletakkan di ruang terbuka yang digunakan untuk upacara adat dan ritual.
Di antara rumah-rumah tradisional ini, rumah-rumah yang baru dibangun dipasang saling berhadapan dalam garis lurus dari barat laut ke timur laut.
Di tengah kompleks, ada deretan rumah yang sejajar dengan arah tenggara. Di dalam kompleks tersebut, ada 500 rumah dengan populasi 7.000 yang terdiri dari 500 kepala rumah tangga.
Rumah Kepala atau Rumah Raja terletak di sisi Barat Daya dan merupakan kompleks terbesar di kompleks ini. Berdasarkan silsilah / keluarga pohon masyarakat, disebutkan bahwa perancang rumah adalah Raja Laowo sebagai pendiri Kerajaan daerah ini dan merupakan keturunan keluarga Gomo.
Kemudian, pembangunan rumah tersebut diselesaikan oleh Saonigeho (Siliwu Gere) yang juga merupakan generasi pertama keluarga Laowo.
Saat ini, rumah tersebut ditempati oleh ahli waris dari generasi keempat keluarga Laowo. Rumah tersebut diperkirakan sudah dibangun pada abad ke-18.
Permukiman Bawomataluo memiliki nilai universal yang luar biasa karena budaya dan lingkungannya telah dipelihara dan dicadangkan selama beberapa generasi.
Oleh karena itu, Penyelesaian Bawomataluo berpotensi untuk dinominasikan sebagai Warisan Dunia sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Pedoman Operasional untuk World Heritage Convention, di bawah UNESCO.
Penyelesaian Bawomataluo dan lingkungannya dengan monumen megalitik dapat ditemukan di daerah ini. Monumen ini memiliki nilai arkeologi yang luar biasa yang mencerminkan penghidupan orang-orang di masa lalu yang kaya akan tradisi megalitik dan ritual keagamaan.
Aktivitas ritual keagamaan ini masih sangat terjaga hingga saat ini dan dipelihara dengan baik oleh penduduk lokal. Tak ayal bila tempat ini mendapatkan pengakuan oleh UNESCO.
Arti Bawomataluo dalam bahasa daerah adalah “Bukit Matahari”. Situs ini merupakan pemukiman tradisional yang merupakan bagian dari ritual tradisional megalitik masa lalu yang masih dapat dilihat dari warisan budaya.
Beberapa fakta yang diakui oleh UNESCO dari tempat ini antara lain permukiman Bawomataluo adalah pemukiman semi-makro yang terletak di puncak datar bukit yang sejajar dari tenggara ke barat laut.
Kemudian, Monumen megalitik Bawomataluo dibagi menjadi posisi horizontal yang dikenal sebagai daro-daro dan yang diposisikan secara vertikal dikenal sebagai naitaro. Dua jenis monumen megalitik ini mewakili jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Ratusan naitaro dan daro-daro dapat ditemukan di halaman rumah di semua lapisan sosial.
Indonesia masih memiliki beberapa tempat ini dan warisan budaya yang tersembunyi. Warisan budaya tersebut tentu sangat layak untuk dieksplorasi dan dikunjungi.
Terutama sebelum anda berkunjung ke luar negeri, maka sempatkan untuk mengeksplorasi warisan budaya lokal yang ada.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.