Lawang Sewu : Dari Sejarah, Landmark, Hingga Cerita Mistis – Lawang Sewu selalu identik sebagai landmark kota Semarang, sehingga saat berkunjung ke Semarang, jangan sampai terlupa untuk masuk ke bangunan seribu pintu ini.
Lawang Sewu yang mengesankan terdiri dari beberapa bangunan, bangunan tiga tingkat berbentuk huruf besar yang dikenal dengan Gedung A, dan satu blok tiga lantai yakni Gedung B, yang membentuk bentuk U. Struktur yang lebih kecil menyandarkan kedua kompleksnya.
Gedung A dibangun antara tahun 1904 dan 1907 dengan menggunakan bahan-bahan yang diimpor dari Eropa, dan Gedung B yang merupakan bangunan tambahan dan dibangun pada 1916-1918, menggunakan komponen lokal.
Keduanya mengikuti gaya arsitektur yang sama yakni berhadapan dengan lengkungan tiang bundar dan jendela dan pintu besar yang berjejer di galeri terbuka. Gedung yang menghadap Sudut A didahului oleh pintu masuk yang memuncak dengan jendela kaca patri yang megah dan diapit oleh dua menara berkubah.
Bangunan-bangunan ini difungsikan sebagai kantor dan bangunan kecil tambahan digunakan untuk loket, kafetaria dan bermacam-macam fungsi lainnya.
Nama “Lawang Sewu” diambil dari bahasa Jawa yang berarti “seribu pintu”. Dinamai seperti itu karena bangunan ini memiliki banyak pintu di setiap sudutnya.
Meskipun jumlahnya secara fakta tidak sampai hingga seribu dan hanya 928, namun jumlah pintu yang banyak tersebut yang membuat bangunan tersebut dinamai Lawang Sewu.
Memasuki dua bangunan utama, pengunjung akan memasuki lorong panjang dan ke galeri eksternal. Bangunan ini dulunya pernah digunakan sebagai kantor Kereta Api.
Ketika digunakan oleh perusahaan kereta api, satu kantor adalah pusat administrasi satu stasiun di sepanjang jaringan kereta api Jawa.
Pintu yang berdampingan, saat dibuka pengawas yang diizinkan untuk memantau pekerja sepanjang bangunan, dan sekaligus menawarkan angin pending praktis di udara tropis, memberi kesan gerbong di dalam kereta api.
Selain ruangan utama, ada lagi ruang bawah tanah yang hampir selalu berisi air setinggi tumit. Pada masa penjajahan Jepang, tempat ini dijadikan sebagai tempat penyiksaan nara pidana dan sangat gelap.
Sekarang pun tempat ini masih gelap namun ada beberapa penerangan sehingga suasana tidak suram. Karena suasananya yang gelap dan seram, banyak warga yang meyakini bahwa tempat tersebut berhantu.
Terutama dengan dijadikannya tempat tersebut sebagai lokasi utama syuting film horror dan bahkan uji nyali.
Kompleks bersejarah yang terkenal saat ini adalah tempat wisata paling populer di Semarang, buka setiap hari dari pukul 07:00 sampai 21:00. Tur berpemandu tersedia dalam bahasa Inggris (75.000 rupiah) dan bahasa Indonesia (50.000 rupiah), dan layak untuk diambil.
Mereka tidak hanya menawarkan wawasan tentang sejarah dan arsitektur, namun juga membawa anda ke beberapa bagian bangunan sulit terjangkau.
Disamping kemistisan yang dibawa oleh Lawang Sewu, namun coba perhatikan atap dan kaca patri yang indah diatas bangunan. Keindahan tersebut akan melupakan pada suasana mistis yang anda kira.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.