Berwisata ke Pusat Pecinan Semarang, Kuil Tay Kak Sie – Penduduk Tionghoa Semarang lebih terlihat daripada di banyak kota di Indonesia dan di daerah Pecinan yang terletak di tikungan di Sungai Semarang, sebuah jaringan jalan dan jalan sempit dijejali dengan toko emas, toko obat-obatan Cina, dan dupa asap, dan juga kuil, sebagai tempat ibadah.
Puncak kuarter ini adalah Pura Tay Kak Sie di Gang Lombok (juga disebut Klenteng Gang Lombok). Kuil kecil namun menggugah tersebut mencerminkan simfisis Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme, atau “San Jiao” dari “tiga ajaran” dengan lebih banyak ceruk dan alunan warna-warni ke sejumlah besar dewa.
Sekitarnya adalah tempat pemujaan bagi masyarakat Tionghoa Semarang sejak pertengahan abad ke 18 dan bait suci yang berdiri hari ini dibangun oleh tukang batu, tukang kayu dan pengrajin terampil lainnya yang dibawa dari China.
Prosesnya selesai pada tahun 1772, yang pada awalnya ditujukan untuk dewa utama, Guanyin , Dewi Rahmat. Seni yang terlihat pada bangunannya sangat indah. Atapnya berlapis biru dihiasi dengan mosaik keramik-potong-kerja keras (chien nien) naga yang berjaga di atas kebun binatang simbolis lainnya dengan sosok sentral yang memegangi bola merah.
Ukiran dan lukisan yang indah menghiasi balok dan panel bagian luar dan dalam bait suci. Interiornya mengakomodasi atap terbuka untuk ventilasi alami dengan lantai cekung dangkal di bawah drainase.
Sebuah patung kecil Guanyin menghiasi altar pusat, bersama dengan patung Buddha yang lebih besar. Altar ke kiri saat anda menghadapi bagian depan didedikasikan untuk Cheng Ho, Laksamana Muslim China yang terkenal diwakili sebagai dewa rakyat, Sam Poo Kong.
Bagi orang-orang yang mengenal tuhan-tuhan Tionghoa mereka, sebuah peta praktis di dalam kuil mengarahkan anda ke altar yang sesuai untuk menawarkan berkat-berkat Anda. Di luar kuil, patung besar Cheng Ho berdiri megah di alun-alun. Dipercaya bahwa kapalnya berlabuh di sungai dekat tempat ia mampir ke Semarang pada awal abad ke 15.
Di sini Anda mungkin menemukan penjual burung, dijual dengan tujuan melepaskan burung untuk berkah yang baik.
Tetangga Tay Kak Sie Temple, adalah kuil Cina yang indah namun tidak berhias atau terawat baik, Kong Tik Soe. Candi ini, yang berasal dari tahun 1845, terbagi menjadi tiga komponen: kawasan pusat dikhiasi dengan tempat suci untuk menghormati nenek moyangnya.
Di sini sebuah kumpulan plakat berukir berdiri secara vertikal, diterangi dengan lampu merah dan ditutupi oleh panel kayu gelap yang diukir dengan rumit.
Berfoto di kuil Tay Kak Sie ini tentu akan meberikan kesan seakan anda sedang berada di negeri Tiongkok, karena bangunan kuil yang sangat indah dan berseni. Bila anda sudah puas berkeliling dan berfoto di setiap sudut kuil ini, jangan lupa untuk mencoba jajanan ala Semarang yang ada di depan dan sekitar kuil, seperti es Cincau dan Lumpia.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.